Senin, 21 Februari 2011

PENERTIAN KOMIK


Saya dapat dari wikipedia :)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.

Terminologi

Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, di mana ia mendefinisikan komik sebagai "tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik." Sebelumnya, di tahun 1986, dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai sequential art, "susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide".
Dalam buku Understanding Comics (1993) Scott McCloud mendefinisikan seni sekuensial dan komik sebagai
juxtaposed pictorial and other images in deliberate sequence, intended to convey information and/or to produce an aesthetic response in the viewer.
Para ahli masih belum sependapat mengenai definisi komik. Sebagian diantaranya berpendapat bahwa bentuk cetaknya perlu ditekankan. Yang lain lebih mementingkan kesinambungan gambar dan teks. Sebagian lain lebih menekankan sifat kesinambungannya (sequential). Definisi komik sendiri sangat supel karena itu berkembanglah berbagai istilah baru seperti:
Untuk lingkup Nusantara, seorang penyair dari semenanjung Melayu (sekarang Malaysia) Harun Amniurashid (1952) pernah menyebut 'cerita bergambar' sebagai rujukan istilah cartoons dalam bahasa Inggris. Di Indonesia terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu cerita gambar atau disingkat menjadi cergam yang dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama Zam Nuldyn sekitar tahun 1970. Sementara itu Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan pengamat komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik Mat Romeo (1971) pernah mengiklankan karya mereka dengan kata-kata "disadjikan setjara filmis dan kolosal" yang sangat relevan dengan novel bergambar.

Istilah cerita bergambar

Akronim cerita (ber)gambar, menurut Marcell Boneff mengikuti istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis katanya.
Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka adanya teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh Francis Laccasin (1971) sebagai sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan lagi suatu keharusan karena ada unsur motion yang bisa dipertimbangkan sebagai jati diri komik lainnya.
Karena itu di dalam istilah komik klasik indonesia, cerita bergambar, tak lagi harus bergantung kepada cerita tertulis. Hal ini disebut Eisner sebagai graphic narration (terutama di dalam film dan komik).

 Posisi komik di dalam seni rupa

Komik menurut Laccasin (1971) dan koleganya dinobatkan sebagai seni ke-sembilan. Walaupun sesungguhnya ini hanya sebuah simbolisasi penerimaan komik ke dalam ruang wacana senirupa. Bukanlah hal yang dianggap penting siapa atau apa saja seni yang kesatu sampai kedelapan.
Menurut sejarahnya sekitar tahun 1920-an, Ricciotto Canudo pendiri Club DES Amis du Septième Art, salah satu klub sinema Paris yang awal, seorang teoritikus film dan penyair dari Italia inilah yang mengutarakan urutan 7 kesenian di salah satu penerbitan klub tersebut tahun 1923-an. Kemudian pada tahun 1964 Claude Beylie menambahkan televisi sebagai yang kedelapan, dan komik berada tepat dibawahnya, seni kesembilan.
Thierry Groensteen, teoritikus dan pengamat komik Perancis yang menerbitkan buku kajian komiknya pada tahun 1999 berjudul "Système de la bande dessinée (Formes sémiotiques)" yang akan terbit tahun 2007 menjadi "The System of Comics". Ia berbicara definisi seni kesembilan dalam pengantar edisi pertama majalah "9e Art" di Perancis. Menurutnya, yang pertama kali memperkenalkan istilah itu adalah Claude Beylie. Dia menulis judul artikel, "La bande dessinee est-elle un art?", dan seni kesembilan itu disebut pada seri kedua dari lima artikel di majalah "Lettres et Medecins", yang terbit sepanjang Januari sampai September 1964.
Baru kemudian pada tahun 1971, F. Laccasin mencantumkan komik sebagai seni kesembilan di majalah "Pour un neuvieme art", sebagaimana yang dikutip oleh Marcel Boneff pada 1972 di dalam Komik Indonesia .

TOP 50 KOMIK MANGA PALING POPULER


Nah ini list manga paling populer berdasarkan rating dan voting di situs www.animenewsnetwork.com . tapi ini gak mutlak loh(yang mutlak menyuruh penduduk bumi yang pernah baca manga rating dan voting... sanggup?icon) cuman refrensi aja gambaran manga yang beredar saat ini. nah silahkan sebutin manga nya disukai dari daftar dibawah. serta alasannya mengapa suka. ntar biar teman-teman lain jadi tau jg dikit oke.
Top 50 Most Popular
#
title
rating
nb. votes
1
8.97
1901
2
8.21
1458
3
8.41
1256
4
8.72
1118
5
8.43
1057
6
8.77
925
7
9.25
869
8
8.82
878
9
8.06
942
10
8.55
751
11
8.69
634
12
8.49
556
13
7.99
590
14
8.75
522
15
8.90
486
16
8.46
497
17
8.37
500
18
8.83
473
19
7.38
561
20
9.18
440
21
8.59
465
22
8.32
469
23
7.67
505
24
8.47
451
25
8.43
442
26
7.66
476
27
8.27
438
28
7.88
451
29
8.54
399
30
8.90
381
31
8.61
392
32
8.80
374
33
8.22
398
34
8.47
379
35
8.64
365
36
8.30
374
37
8.29
373
38
8.52
361
39
8.69
347
40
8.44
347
41
8.64
325
42
8.06
345
43
7.87
343
44
7.48
357
45
7.86
338
46
8.42
315
47
8.70
304
48
8.37
314
49
8.60
300
50
8.39
307

komik dan komik






Kita mendapat info bagus tentang komik dari web dibawah ini.
Komik mematahkan anggapan bahwa anak-anak dan remaja tak suka membaca. Komik memang bacaan kegemaran anak-anak dan remaja, walaupun banyak juga orang dewasa yang gemar membaca komik.
Orang dewasa membaca komik? Mengapa tidak? Ada macam-macam komik yang dibuat, diterbitkan, dan dijual di toko buku. Tak hanya komik untuk anak, namun juga komik untuk orang dewasa.

Komik dan Minat Baca
Banyak yang beranggapan bahwa membaca komik bukanlah membaca yang sesungguhnya. Hal ini karena komik menyajikan lebih banyak gambar daripada tulisan. Lebih jauh lagi, ada pula yang menganggap bahwa membaca komik adalah kegiatan tak berguna, hanya membuang-buang waktu, bahkan menjadikan seseorang tampak seperti anak-anak.

Dengan demikian, tingginya minat membaca komik tidak otomatis berarti minat baca pun menjadi tinggi. Coba berikan buku dengan banyak tulisan dan minim atau tanpa gambar. Masihkah mau membaca?

Pandangan skeptis seperti ini sebenarnya bisa diminimalisir jika mau mengulik macam-macam komik lebih lanjut. Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Begitu juga dengan komik. Meskipun terlihat kekanak-kanakan, komik sesungguhnya tak hanya untuk anak-anak. Komik untuk anak-anak bukan berarti tak bermanfaat.

Anak-Anak dan Komik
Tak masalah jika anak senang membaca komik, apalagi anak memang sedang dalam tahap pemahaman visual. Yang penting, jangan lepaskan anak-anak memilih komik sendiri. Pastikan bahwa komik yang dibaca oleh anak-anak sesuai dengan usia anak.
Macam-macam komik yang tersedia di toko buku membuat pilihan untuk membaca komik menjadi semakin luas. Komik untuk anak-anak sekarang tak hanya bermuatan hiburan dan fantasi belaka, banyak juga komik yang bermuatan positif serta sarat dengan nilai-nilai agama atau ilmu pengetahuan. Misalnya:
  • Asyik Belajar Matematika.
  • 3 Menit Belajar Pengetahuan Umum.
  • Serial Komik Anak Sekolah.
  • Einstein Aja Ingin Tahu.
  • Komik Nabi.
  • Komik 1001 Malam.
  • Seri Komik Petualangan Anak-Anak Desa Pelangi.
  • Dan lain-lain

Semakin bervariasi isi macam-macam komik in membuat orang tua tak perlu khawatir lagi jika anak-anak meminta untuk dibelikan komik. Komik pun bisa membuat anak-anak menjadi lebih pintar serta mengantar mereka menjadi gemar membaca.

Sesuaikan Dengan Usia
Beberapa penerbit komik mencantumkan usia pembaca yang disasar oleh komik tersebut. Sehingga mempermudah memilih komik yang sesuai di antara macam-macam komik yang ada. Beberapa toko buku pun membedakan penempatan komik untuk anak-anak dan remaja dengan komik untuk orang dewasa.
Akan tetapi lebih banyak lagi penerbit yang tidak mencantumkan klasifikasi usia. Begitu pula dengan toko buku, masih banyak yang mencampurkan komik begitu saja. Asalkan komik, letakkan di satu deretan rak, tak peduli apakah itu komik untuk anak-anak atau untuk orang dewasa.

Klasifikasi atau penggolongan usia tak dapat diremehkan karena dapat membawa dampak yang tak kecil. Macam-macam komik yang menampilkan adegan kekerasan, sadisme, erotisme, dan seks tentu tak pantas dibaca oleh anak-anak. Bahkan sebenarnya komik dengan kategori adegan seperti itu tak pantas dibaca oleh siapa pun.

Minggu, 13 Februari 2011

KERUGIAN KOMIK

Komik bukan hanya memiliki manfaat. tentu saja komik juga memiliki kerugian. Beragam manfaat yang dimiliki komik, beragam pula kerugiannya. Karena pembaca komik di dominasi oleh remaja atau pelajar, tentu itu akan berpengaruh bagi pelajaran mereka. Hal-hal yang berpengaruh terhadap pelajar antara lain:
a. Malas Belajar
   Banyak pelajar yang sangat menyukai komik. Terutama komik humor, komik cinta, dan komik fantasi. jikalau seseorang yang sudah kecanduan membaca komik, maka ia akan terus membaca komik sampai lupa waktudan melupakan waktunya untuk belajar. Begitupun remaja atau pelajar yang baru membaca komik, kemungkinan besar ia akan kecanduan dan terus menerus membaca komik. Akibatnya, mereka akan lebih menyukai komik dibanding buku pelajaran.
b. Merusak Moral
    Komik tidak hanya mencantumkan carita humor atau fantasi saja, tapi komikpun memiliki cerita cinta. Cerita cinta ini ada yang membawa pengaruh positif, tapi ada juga yang memasukan unsur berlebihan seperti gambar-gambar fulgar atau adegan-adegan yang terlalu dewasa. Dan akibatnya hal itu dapat merusak moral pelajar. Pelajar jadi mengetahui hal-hal yang belum waktunya mereka ketahui